Telpon yang (harusnya) tak diangkat


Sumber: pixabay

 

Kriingg...Kriingg (ponsel berbunyi)

lihat di layar no. yang masuk 021xxxx ( nomor jakarta)

Diangkat, Hallo... 

"hallo juga, selamat sore?" Suara wanita yang menjawab dari ujung telepon

"sore juga balasku"

benar ini dengan Bapak xxx, kami dari Asuransi xx bisa minta waktunya sebentar bapak? pinta wanita ditelepon itu

(karna saya orangnya g' enakan) "terpaksa" bilang bisa

Akhirnya wanita tersebut ngomong panjang lebar, bagai sedang membaca sampai (mungkin) berbusa-busa 
mulutnya, tanpa memberi kesempatan untuk saya berbicara hanya memberi kesempatan sekedar bilang; Iya, paham, mengerti. 

Mau langsung dimatiin kasihan, mikirnya gini ; posisi dia ini sedang bekerja, mencari nafkah untuk dirinya , bisa jadi untuk orang tuannya atau bisa juga untuk anaknya .

Mau gak mau akhirnya dengerin juga celotehnya yang panjang x lebar itu. Hingga... pada akhirnya  ujung dari pembicaraannya begini : Iya, Bapak, boleh kita daftarkan atas nama Bapak pada progra kami, kartunya polisnya mau dikirim ke alamat rumah atau alamat kantor?

Hey..... waiiiitttt,
Kayaknya saya belum tertarik mbak, jawabku

eh... mulai deh rayuan mautnya dikeluarin, Kenapa Bapak tidak tertarik? manfaatnya banyak lho pak, tidak semua orang mendapatkan ini. kami hanya memilih orang-orang tertentu saja. Dan hanya dengan membayar xxx bapak bisa mendapatkan manfaat VIP.

Ehh.. ni orang kok malah dia yang ngotot sih (pikirku dalam hati)

Saya sudah ikut program asuransi lain mbak, dari kantor juga ada bahkan BPJS juga ada.
sudah kebanyakan, nanti  g' bisa bayar, aku berkelit. (dengan harapan dia segera mengakhiri obrolan)

Lalu ceramah dia pun kembali berlanjut, malah makin panjanggg... dan mendadak kepala saya menjadi pusinggg...

Lalu, dengan sengaja akhirnya saya tekan juga tuh icon telepon warna merah...

mengapa para marketing asuransi itu cenderung ke arah memaksa, klo sekali dibilangin "belum perlu" atau "lain kali saja" harusnya mereka mengerti bahwa itu merupakan sebuah sindiran halus untuk mereka agar segera menghentikan "penawaran" mereka.

Sudah seharusnya taktik mereka dalam menggaet customer dirubah. 
Masih banyak cara lain yang lebih efektif, tanpa harus kesannya yang "memaksa" seperti itu
Sebenarnya bukan kali ini saja saya mendapat telpon seperti ini, namun saya harap ini yang terakhir kali.

Lain kali harus lebih "tega" lagi untuk buru-buru menutup telepon.

1 Response to "Telpon yang (harusnya) tak diangkat"

  1. Sama-sama, Terima kasih sudah berkunjung kemari.. :)

    ReplyDelete