Keran Rezeki

Keran Rezeki Seseorang
Rezeki (Image : Pixabay.com)

Keran rezeki yg kita miliki, tidak ada hubungannya dengan seberapa keras kita bekerja.

Karena jelas, banyak sekali orang2 yg bermandikan keringat setiap hari bekerja, tidak kenal lelah, tetap saja penghasilannya itu-itu saja. orang2 yang berpeluh dan membanting tulang seharian, tetap saja keran rezekinya kecil dan tersendat.

Sedangkan sebaliknya, banyak sekali orang-orang yg tdk mengeluarkan keringat apapun, usaha apapun, keran rezekinya bagai menjebol dinding bendungan, berlimpah ruah

Dan Keran rezeki yang kita miliki, juga tidak ada hubungannya dengan seberapa tampan atau cantik kita, seberapa tinggi, seberapa pendek kita, tidak peduli.

Banyak orang2 yang tampan/cantik, keran rezekinya tidak tampan/cantik, dan sebaliknya. Semua bagaikan teracak alias random begitu saja, tak ada rumus bakunya.

Keran rezeki yg kita miliki, jelas tidak ada hubungannya dengan kepintaran ataupun kecerdasan kita. kalau ada hubungannya, maka seharusnya profesor, ulama, guru besar, serta semua orang-orang pintar adalah orang kaya raya, nyatanya tidak. banyak orang yg biasa-biasa saja kepintarannya justru punya keran rezeki berkali-kali lipat dari orang paling pintar dulu di sekolahnya.


Dan termasuk satu lagi, keran rezeki yg kita miliki, amat tidak berhubungan dgn tingkat kesalehan kita, ketaqwaan kita.

Karena kalau ada hubungannya, maka nabi, sahabat, tabiin, dan seterusnya ada dalam rantai paling atas orang terkaya di dunia, bukan sebaliknya, ternyata boleh jd orang2 jahat, merusak, berbisnis culas, menghabisi masa depan orang2 demi jualannya, yg ternyata kaya raya.

Seperti sebuah kenyataan tidak adil?

Bagaimana mungkin begitu?

adil?

tentu saja semua adil, karena demi Allah, keran rezeki kita adalah mutlak hak Allah.

itu benar, kita yg menanam padi, jagung atau kedelai.
itu benar, kita yg menebar benih ikan di kolam.
itu benar, kita yg memelihara ternak.
tapi kita hanya berusaha. seberapa besar rezeki itu keluar, mutlak hak Allah.

itu benar, kita yangg mendaftar bekerja sebagai karyawan, PNS, pegawai.
itu benar, lembaga, perusahaan atau pemerintahlah yang menggaji kita.
tapi bagaimana rezeki itu tiba ke kita, itu mutlak hak Allah.

Keliru kesimpulan jika kita merasa yang memberikan rezeki itu adalah manusia. dan lebih keliru lg kalau pongah merasa bisa memberikan rezeki kepada manusia lewat sebuah perusahaan, bisnis milik sendiri. bagaimana mungkin?

Jelas2 rezeki kita sendiri adalah mutlak hak Allah, bagaimana mungkin kita mengklaim kita bisa mengontrolnya.

Maka, orang-orang yg memahami ini, hidupnya akan selalu tenteram. dia percaya, Allah-lah pemilih semua rezeki di alam semesta.

Allah-lah yg punya alasan kenapa sedemikian rupa, dan keadilan milik_Nya ghaib dan misteri, maka dia akan selalu terus bekerja keras --tentu saja, dia akan selalu bekerja pintar--tentu saja, dia akan selalu bekerja dengan seluruh kesalehan yg dia miliki--tentu saja, tapi dia menyerahkan seberapa besar keran rezeki itu terbuka itu mutlak terserah Allah. dia selalu senang berbagi, mengeluarkan rezeki yg dimilikinya utk hak orang lain, dia tidak merasa iri, tidak berlomba-lomba mengejar kekayaan, ber-ambisi aneh2, dan sebagai puncak dari segalanya, dia selalu bersyukur.

Maka, di hari yang berbahagia ini, terima kasih ya Rabb, atas segala rezeki yg Engkau berikan. sungguh terima kasih. kami tentram dgn semua pemahaman ini.

**Saya tuliskan dari salah-satu dari 5 poin penting nasehat khatib shalat Id didekat rumah. hal-hal seperti ini, seharusnya semakin membuat kita mencintai agama ini. nasehat2 seperti ini, seharusnya membuat kita berkaca2 oleh kerinduan.

 (Tere Liye)

0 Response to "Keran Rezeki"

Post a Comment